Suatu hari saat Alibaba pulang dari mengumpulkan kayu bakar, ia melihat sekelompok penyamun (pencuri) berkuda. Karena takut terlihat, Alibaba segera bersembunyi. Dari tempat persembunyiannya, ia memerhatikan para penyamun yang sedang sibuk menurunkan harta rampasannya dari kuda-kuda mereka. Kepala penyamun tiba-tiba berteriak, “Alakazam! Buka!” Pintu goa yang ada di depan mereka terbuka perlahan-lahan. Setelah itu, mereka segera memasukkan seluruh harta rampasan mereka. “Alakazam! tutup!” teriak kepala penyamun. Pintu goa pun tertutup.
Setelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat persembunyiannya. Ia mendekati pintu goa itu, dan meniru teriakan kepala penyamun tadi. “Alakazam! Buka pintu goa itu pun terbuka. “Waw hebat!” teriak Alibaba. Ia terpana saat melihat banyak harta karun yang bertumpuk seperti gunung di dalam goa itu. “Harta rampasan ini akan kuambil sedikit. Semoga aku tak miskin lagi, dan bisa membantu para tetanggaku yang kesusahan,” katanya.
Setelah memasukkan harta dan emas tersebut ke dalam karung, Alibaba segera pulang setelah sebelumnya menutup pintu goa itu. Istri Alibaba sangat terkejut melihat barang yang dibawa suaminya. Alibaba pun bercerita kepada istrinya tentang apa yang baru saja ia alami. “Uang ini sangat banyak. Bagaimana kalau kita bagikan kepada orang-orang yang tidak mampu,” kata istri Alibaba.
Saking banyaknya uang emas itu, Alibaba dan istrinya tidak sanggup untuk menghitungnya. Mereka sepakat meminjam sebuah kendi sebagai timbangan uang emas itu kepada Kasim. Istri Alibaba pun segera pergi meminjam kendi kepada istri Kasim. Tidak berbeda jauh dari sifat suaminya, lstri Kasim adalah seorang yang pencuriga. Sebelum meminjamkan kendi itu, ia mengoleskan minyak yang sangat lengket di dasar kendi.
Keesokan harinya, setelah kendi itu dikembalikan, ternyata di dasar kendi ada sesuatu yang berkilau. lstri Kasim segera memanggil dan memberitahu suaminya bahwa di dasar kendi yang baru saja dipinjam istri Alibaba ada uang emas. Kasim segera pergi ke rumah Alibaba untuk menanyakan hal tersebut. Setelah semuanya diceritakan Alibaba, Kasim kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan kuda-kudanya. ia berencana pergi ke goa harta karun itu dengan membawa 20 ekor keledai.
Setibanya di depan goa, ia berteriak, “Alakazam! Buka!” Pintu goa pun bergerak terbuka. Kasim segera masuk dan langsung mengarungkan sebanyak-banyaknya emas dan harta yang ada di dalam goa itu. Sayangnya ketika hendak keluar, Kasim lupa mantra pembuka pintu goa. Ia pun berteriak apa saja, dan mulai ketakutan. Tiba-tiba pintu goa bergerak, Kasim merasa lega. Namun ketika akan keluar, Kasim melihat para penyamun sudah berdiri di luar. Mereka sama-sama terkejut. “Hai, pencuri! Tangkap dia!” teriak kepala penyamun. “Tolong, jangan tangkap aku,” kata Kasim memohon.
Para penyamun yang kejam itu tidak peduli dengan permintaan Kasim. Mereka nekad melukai Kasim. Sementara itu di rumah Kasim, istrinya menunggu dengan cemas karena Kasim belum juga pulang. lstri Kasim kemudian meminta bantuan Alibaba untuk menyusul saudaranya itu. Alibaba segera pergi ke goa harta karun. Di sana, ia sangat terkejut karena mendapati kakaknya sudah meninggal dunia.
Dengan perasaan sedih, ia membawa jenazah kakaknya pulang. Setibanya di rumah, istri Kasim terus menangis. Alibaba mencoba menghiburnya dengan memberikan sekantung uang emas kepadanya. Sungguh terlalu, istri Kasim, seketika berhenti menangis dan tersenyum. Ia seperti lupa kalau suaminya baru saja meninggal.
Sementara itu di goa harta karun, para penyamun terkejut karena jenazah Kasim sudah tidak ada lagi. “Pasti ada orang lain yang tahu tentang rahasia goa ini. Ayo kita cari dia dan beri hukuman untuknya,” kata sang kepala penyamun.
Para penyamun itu mulai berkeliling kota untuk mencari orang yang mengetahui rahasia mereka. Ketika bertemu dengan seorang tukang sepatu, salah seorang dari mereka bertanya, “Apakah akhir-akhir ini ada orang yang kaya mendadak “Akulah orang itu. Aku baru saja menjahit tubuh seorang jenazah, dan si pembawa jenazah itu memberiku uang emas, dan menjadikanku orang kaya,” jelas si tukang sepatu.
Setelah mengetahui siapa yang membawa jenazah itu dan memberikan upah kepada si tukang sepatu, mereka ke rumah Alibaba. Salah seorang penyamun segera memberi tanda silang di pintu rumah Alibaba. “Aku akan melaporkan pada ketua, dan nanti malam kami akan datang untuk menghukumnya,” kata si penyamun.
Tetangga Alibaba yang bernama Morijana kebetulan baru pulang berbelanja. Ia melihat dan mendengar percakapan para penyamun di depan rumah Alibaba. Malam harinya, Alibaba didatangi seorang penyamun yang menyamar menjadi seorang pedagang minyak yang kemalaman dan meminta untuk menginap sehari di rumahnya.
Alibaba yang baik hati mempersilakan tamunya masuk dan memperlakukannya dengan baik. Sayangnya, ia tidak mengenali wajah si kepala penyamun itu.
Morijana, tetangga Alibaba yang sedang berada di luar rumah, melihat dan mengenali wajah penyamun tersebut. Ia mencari cara bagaimana memberitahu Alibaba tentang apa yang tadi siang didengarnya. Sebuah ide pun muncul dari kepala Morijana. Ia menyamar sebagai seorang penari, dan mendatangi rumah Alibaba untuk menari. Saat Alibaba, istri, dan tamunya sedang menonton tarian, Morijana dengan cepat melemparkan sebuah pedang kecil ke dada tamu Alibaba. Ia menyelipkan pedang kecil itu di balik kostum tarinya.
Alibaba dan istrinya sangat terkejut. Belum sempat ia bertanya, Morijana membuka samarannya, dan menceritakan semua yang telah dilihat dan didengarnya. “Morijana, kamu telah menolong kami. Kuucapkan terima kasih,” kata Alibaba. Setelah itu, Alibaba memutuskan untuk membagikan harta rampasan para penyamun itu kepada orang—orang miskin dan mereka yang sangat membutuhkan.
Kotak Akhlaqul Karimah
Sifat serakah dan tak mau mengalah hanya akan membuatmu dijauhi teman-teman. Belajarlah berbagi dengan orang lain. Jika memiliki makanan, bagilah kepada temanmu, jika melihat pengemis, bersedekahlah.
Pustaka
Dongeng 1001 Malam Oleh Aliyah Tsuraya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar