Kecepatan putaran mesin bubut ditentukan berdasarkan kecepatan potong dan diameter benda kerja yang dibubut. Supaya pengoperasian mesin bubut dapat efisien operator harus mempertimbangkan pemiliahan kecepatan potong, pengumpanan (feeding) dan kedalaman pemotongan, banyaknya waktu yang hilang pada proses pembubbutan disebabkan pemilihan kecepatan dan pemakanan yang tidak tepat.
a. Kecepatan potong
Kecepatan potong adalah kecepatan keliling dari benda kerja melintasi ujung pahat potong. Kecepatan potong pada umumnya dinyatakan dalam satuan meter per menit. Pemilihan kecepatan potong yang benar adalah harus disesuaikan dengan bahan dari benda kerja yang dibubut dan bahan dari pahat potong yang digunakan, pemilihan kecepatan potong yang terlalu tinggi menyebabkan ujung pahat akan mudah tumpul dan aus sehingga aka nada banyak waktu yang terbuang untuk mengasah/menggerinda atau merekondisi pahat tersebut, bila pemilihan terlalu rendah maka efisiensinya kerjanya rendah.
Untuk menghitung kecepatan putaran spindle mesin bubut dalam satuan putaran per menit, maka kecepatan potong bahan dan diameter benda kerja harus diketahui. Rumus putaran adalah:
Dimana:
n : putaran spindle mesin (rpm)
V : kecepatan potong bahan (m/menit)
D : diameter benda kerja (mm)
b. Pemakanan (Feeding)
Pemakanan adalah jarak yang ditempuh oleh pahat potong untuk memotong dalam satu putaran benda kerja. Contoh : apabila mesin bubut permukaannya diatur 0,4 mm dalam setiap putaran benda kerja.
Dalam proses pembubutan dikenal dengan dua jenis pemotongan, yaitu pemotongan kasar (roughing cut) dan pemotongan akhir (finishing cut). Pada pemotongan kasar, pemakanan benda kerja dilakukan secara cepat tanpa mempertimbangkan kualiatas permukaan (nilai kekasaran pemukaannya). Sehingga pemakanan yang digunakan adalah pemakanan untuk pengasaran. Pada pemotongan akhir digunakan untuk mendapatkan hasil akhir permukaan dengan nilai kekasaran yang baik dan pemakanan yang dipergunakan adalah yang kecil.
Pada proses pembubutan umumnya pemakanan untuk pengasaran yang digunakan berkisar antara 0,25-0,4 mm. Dan untuk pemotongan akhir berkisar antara 0,07-0.012 mm.
c. Kedalaman pemotongan (depth of cut)
Kedalaman pemotongan adalah ketebalan tatal / beram (chip) yang dilepaskan oleh pahat potong dari benda kerja. Untuk proses pembubutan dengan pengurangan diameter yang besar kedalaman pemotongan dilakukan dengan cara bertahap, yaitu proses pengasaran dan proses pemotongan akhir. Kedalaman pemotongan untuk proses pembubutan pengasaran dipengaruhi oleh beberapa factor sebagai berikut:
· Kondisi mesin bubut
· Jenis dan bentuk pahat bubut yang digunakan
· Kekakuan benda kerja
· Kecepatan pemotongan
Kedalaman pemotongan untuk proses pengerjaan akhir tergantung pada tipe benda kerja dan kualitas permukaan yang diinginkan dari pada umumnya tidak lebih dari 0,13 mm.
d. Skala pengukur
Skala pengukur pada mesin bubut dipasang pada compound rest dan cross feed. Skala pengukur digunakan untuk membantu operator mesin bubut dan menentukan kedalaman pemotongan pahat dengan tepat sehingga tatal yang terlepas oleh pahat potong dapat teridentifikasi dengan akurat (pengurangan diameter dapat terukur)
Skala pengukur dengan system metris umumnya dibagi ke dalam 200 pembagian, artinya setiap strip skala pengukur adalah 0,02 mm Contoh : untuk skala metris apabila handle pemutar skala pengukur diputar searah dengan jarum jam untuk 10 pembagian (10 strip) maka pahat potong akan maju 10 . 0,02 = 0,2 mm.
Berikut beberapa petunjuk dalam menggunakan skala pengukur:
a. Apabila skala pengukur dilengkapi dengan skrup pengunci, sebelum melakukan pengaturan (setting) kedalaman. Tentukan ukuran awal dengan mengunci skala nonius dengan skrup pengunci tersebut.
b. Apabila memutar skala pengukur melampaui betas ukuran yang telah ditetapkan, maka skala pengukur harus diputar kembali setengah putaran, kemudian dikembalikan pada skala yang telah ditetapkan.
Kedalaman ulir (D) :
D = 0.54127 × P
Diameter minor :
Minor diameter = Diameter mayor – (D+D)
Lebar kepala ulir (FC) :
C = 0.125 × P
Lebar dasar ulir (FR) :
FR = 0.25 × P
Keterangan P : Pitch
2.2 Mesin Milling
a. Kecepatan potong
Kecepatan potong pada proses mesin milling adalah kecepatan pisau potong yang bergerak melingkar melewati benda kerja dalam satuan meter per menit. Adapun factor yang mempengaruhi kecepatan potong adalah :
a. Bahan benda kerja
b. Bahan pisau potong/pahat
Sedangkan factor yang mempengaruhi pemilihan kecepatan potong :
a. Konstruksi/kondisi mesin
b. Bentuk pisau
c. Penampang tatal/beram(chip)
d. Tingkat kehalusan yang diinginkan
e. Pencekaman benda kerja
f. Media pendingin
Rumus putaran pisau mesin milling :
Dimana:
n : putaran spindle mesin (rpm)
V : kecepatan potong bahan (m/menit)
D : diameter benda kerja (mm)
2.3 Mesin Sekrap
Mesin sekrap adalah sebuah mesin dengan pahat pemotong ulak-alik, dari jenis pahat mesin bubut, yang mengambil pemotongan berupa garis lurus. Dengan menggerakkan benda kerja menyilang jejak dari pahat ini, maka ditimbulkan permukaan yang rata, bagaimanapun juga bentuk pahatnya.
Gambar
Keterangan gambar :
s : pemakanan (feed)
b : toleransi pemakanan dari samping
b : lebar benda kerja
B : lebar penyekrapan
Panjang langkah (L) :
L = l + la + lu
Keterangan
l : Panjang benda kerja
la : allowance sebelum pemotongan
lu : allowance setelah pemotongan (stroke allowance)
Jumlah langkah per menit (n) :
Keterangan :
Vm : Keceopatan potong (m/menit)
L : panjang langkah (mm)
Jumlah langkah yang diperlukan (Z) :
Waktu penyekrapan (tm) :
tm = Z .t
Lebar penyekrapan (B)
B = b + 2.5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar